Zakat, Kunci Kemakmuran Umat

Posted by Unknown Sabtu, 20 Agustus 2011 0 komentar
SPACE IKLAN 1 SPACE IKLAN 1
Secara etimologi, zakat berarti pengembangan dan pensucian. Ibnu Arabi menyatakan, zakat diartikan sebagai sedekah wajib dan sedekah sunnah atau nafkah, hak dan maaf.

Pengertian tersebut menunjukan bahwa di dalam harta kita ada hak-hak orang lain yang
harus diberikan, baik yang bersifat wajib ataupun yang bersifat sunnah.

Dasar tentang wajibnya zakat yaitu firman Allah SWT berbunyi: “Ambilah zakat dan dari sebagian harta mereka.” (Al-Taubah: 103), juga firman Allah lain yaitu: “Tunaikan zakat.” (Al-Baqarah: 43).

Sedangkan dalil yang menunjukan zakat (sedekah) yaitu sabda Rasulullah SAW yang berbunyi: “Jika ada salah seorang diantara kalian fakir, maka hendaklah ia memulai dengan dirinya sendiri, setelah ada kelebihan maka hendaklah ia memberi keluarganya, jika masih ada kelebihan juga maka hendaklah memberi kepada kaum kerabatnya, atau sabdanya: kepada orang yang disayangi dan jika ada kelebihan, maka di sini dan di sini.” (HR Muslim).

Namun kenyataannya, pemberdayaan zakat belum dilaksanakan dengan baik. Umat Islam masih memandang zakat sebatas rutinitas ketika memasuki bulan Ramadan terutama zakat fitrah.

Zakat masih dijadikan rukun Islam yang ketika mengeluarkan zakat maka sudah selesai tugasnya. Padahal dijadikan zakat (sedekah) sebagai pilar Islam yang ketiga memberi pesan bahwa salah satu benteng kekuatan Islam menuju terciptanya masyarakat muslim jaya sebenarnya melalui pemberdayaan zakat secara baik dan profesional.

Adanya keterbelakangan dan kemiskinan umat Islam bukan disebabkan hanya karena faktor sedikitnya orang kaya, tetapi lebih mengarah pada lemahnya kesadaran menerapkan zakat sebagai pondasi ekonomi Islam.

Pemikiran ini kemudian saya mencoba menuangkan dalam bentuk tulisan tentang besarnya fungsi zakat sebagai sarana yang sangat efektif untuk mengangkat kesejahteraan umat Islam.

Ilustrasi zakat dalam hitungan matematika salah satu kesalahan umat Islam yaitu kurang pandai mengatur pengeluarkan terhadap harta yang dipunyai. Fenomena kecil ketika memasuki bulan puasa.

Pengeluaran jauh lebih besar ketimbang ketika memasuki bulan-bulan selain Ramadan. Baik untuk keperluan makan, minum, membeli baju dan sejenisnya, padahal diperintahkan puasa sebenarnya agar umat Islam mampu mengambil pelajaran darinya, paling tidak ada dua, yaitu hidup hemat dan peduli terhadap sesamanya. Keduanya belum ditemui pada diri umat Islam.

Sebenarnya seandainya umat Islam menyadari pentingnya mengatur harta untuk memperdaya kesejahteraan dan kemajuan sangat tidak sulit, yaitu melalui zakat.

Misalkan saja para perokok satu hari menghabiskan satu bungkus dengan harga Rp10 ribu, katakanlah satu Provinsi Riau ada sekitar 10.000 perokok, sendainya mereka bertaubat dan bersedekah untuk kemaslahatan umat, maka satu hari terkumpul uang sebesar Rp100 juta. Seandainya sang pecandu rokok taubat selama satu bulan berarti Rp100 juta X 30 hari = Rp3 miliar.

Taubatnya pecandu rokok satu bulan dan sedekah untuk Islam, maka sudah mampu membangun perguruan tinggi. Seandainya para pecinta baju, pecinta asesoris dan perhiasan serta mobil-mobil mewah dan para hartawan mampu bersedekah secara rutin dan benar, maka tidak mustahil Islam mempunyai lembaga pendidikan, rumah sakit dan sarana-sarana lain dengan kualitas internasional. Zakat mampu mengangkat martabat umat Islam.

Penyakit Umat Islam
Umat Islam kurang memperhatikan pentingnya zakat karena disebabkan dua macam yaitu hubud dunia (cinta dunia) dan karahitul maut (takut terhadap mati).

Cinta dunia melahirkan masyarakat yang individualisme dan kapitalisme. Mereka sibuk mengumpulkan harta kekayaan untuk dirinya sendiri. Mereka melupakan hak-hak orang lain, walaupun sebenarnya mereka juga mengetahui tentang kewajiban berzakat.

Sifat rakus telah membentuk sikap kurang dan belum mampu berzakat. Bahkan merasa bagian dari yang harus dizakati. Sikap umat Islam tersebut akan melahirkan kesenjangan sosial semakin melebar di tengah-tengah masyarakat.

Kaum the have sibuk dengan hartanya, sedang kaum miskin merintih kesakitan. Ketika kesenjangan sampai pada puncaknya, maka munculnya gerakan dari kaum-kaum tertindak melakukan kegiatan anarkis seperti penjarahan, perampokan dan lain-lain.

Takut mati termasuk ciri-ciri orang yang tidak mau berzakat. Mereka gelisah terhadap datangnya maut justru semakin percaya kepada benda-benda dan harta kekayaan.

Kesibukan orang yang takut mati adalah beraktivitas sebatas kesenangan dunia, melupakan kepentingan akhirat. Kehidupan dan kekayaannya hanya untuk menghindarkan dirinya dari kematian. Mereka sibuk membangun Istana dan melupakan masyarakat sekitarnya.

Gerakan Cinta Zakat
Melihat semakin lemahnya semangat umat Islam untuk berzakat, maka perlu adanya gerakan masyarakat cinta zakat. Gerakan ini bisa dilakukan oleh pemerintah melalui BAZ atau lembaga-lembaga pemerintah lainya.

Pemerintah harus menyiapkan perangkat keras dan lunaknya baik yang berupa sumber daya manusia yang profesional dan juga administrasi modern. Keduanya penting untuk menghasilkan pengelolaan zakat dengan benar dan pelaporannya bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu perlu adanya reward and punishment bagi pegawai BAZ. Pemerintah tidak segan-segan memberi penghargaan yang setimpal, sebagaimana ketika mereka juga melakukan kesalahan dengan sanksi yang tegas dan jelas.

Sebab praktik di lapangan model semacam itu belum nampak secara nyata, yang ada adalah pengangkatan pegawai (terutama di daerah) masih bersifat like and dislike.

Selain itu juga perlu ada keterlibatan masyarakat melalui Masyarakat Peduli Zakat, atau media massa dan lain-lainnya. Bahkan terus terang saja, media massa terkadang justru lebih transparan pelaporannya.

Saya salut kepada salah satu televisi swasta yang mampu mengumpulkan koin untuk Prita dan koin untuk Darsem. Dalam hitungan bulan mampu mengumpulkan dana miliaran rupiah. 

Apakah umat Islam tidak menyadari hal ini? Apakah umat Islam akan tertidur terus tanpa memikirkan saudara kita yang sedang kesusahan? Harapan saya tulisan ini mampu menyadarkan umat Islam yang memang mempunyai kelebihan harta untuk berzakat atau bersedekah. Mari bangun kejayaan umat melalui berzakat. Semoga Allah memberi hidayah dan kekuatan kepada kita. Walahul muwafik ila aqwami tariq. Wassalam.***

Sumber : klik di sini

0 komentar:

Posting Komentar


free counters