Semakin Banyak Noda di Partai Putih

Posted by Unknown Minggu, 23 Oktober 2011 0 komentar
SPACE IKLAN 1 SPACE IKLAN 1
Banyaknya anggapan bahwa PKS akan unggul dan sebagai satu-satunya partai berhaluan Islam yang tetap eksis dalam Pemilu 2014, sepertinya anggapan itu belum tentu menjadi kenyataan. Hal demikian bisa terjadi karena diakibat berbagai sikap dan ulah kader PKS yang menyimpang sehingga melunturkan simpati, empati, dukungan, dan harapan yang semula akan diberikan rakyat kepada partai yang disebut sebagai partai putih ini menjadi ditimbang ulang.

Setelah salah satu anggota DPR dari Fraksi PKS, Arifinto, kepergok menonton video porno, buka aib oleh salah satu pendiri Partai Keadilan, cikal bakal PKS, Kiai Haji Yusuf Supendi; dan pemanggilan anggota Banggar dari PKS Tamzil Linrung oleh KPK. Kini PKS dinista oleh banyak kalangan terkait dengan ucapan salah satu anggotanya, Fahri Hamzah dengan ucapannya yang ingin membubarkan KPK.

Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah tersebut tentu melawan dari semangat untuk memberantas korupsi yang sekarang semakin mengganas dan menggila. Apa yang dikatakan oleh Fahri Hamzah tersebut membenarkan bahwa gerakan civil society yang terjadi di Indonesia tanpa melibatkan partai politik. Tanpa adanya keterlibatan partai politik ini juga diakui oleh Adnan Buyung Nasution bahwa gerakan antikorupsi yang dijalankan seiring reformasi birokrasi di Indonesia akhir-akhir ini melemah. Partai politik yang kerap melontarkan slogan bersih dan antikorupsi justru telah dinilai gagal berperan.

Ungkapan yang dikatakan oleh Adnan Buyung Nasution itu benar adanya, buktinya ketika kasus Cicak dan Buaya ramai, partai politik cenderung diam seolah-olah itu bukan urusannya. Diamnya partai politik itu bukan karena mereka tidak mengerti dan tidak paham tetapi karena mayoritas partai politik berada di dalam kekuasaaan sehingga ketika kekuasaan dicoba untuk digoyang maka mereka bersatu melawan goyangan itu.

Apa yang dilakukan oleh sebagaian kader PKS itu mengubah pandangan terhadap PKS yang selama ini dirasa santun, islami, proreformasi, dan antikorupsi, menjadi sebuah pandangan bahwa semua partai adalah sama, haus kekuasaan dan sarang koruptor. Partai ini ternyata sama saja dengan partai-partai lainnya.

Ketika Kiai Haji Yusuf Supendi, membongkar borok-borok kader PKS, banyak orang menuduh apa yang dikatakan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi tidak benar. Namun ketika Tamzil Linrung dipanggil KPK dan Fahri Hamzah menginginkan KKP dibubarkan, membuat apa yang diucapkan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi itu bisa menjadi benar.

Apa yang dilakukan oleh Kiai Haji Yusuf Supendi dengan membongkar aib rekan-rekannya sendiri itu tujuannya bagus juga, yakni mengungkap adanya lalu lintas uang yang bisa dikatakan tidak halal. Dengan laporan itu mengingatkan bahwa kader PKS juga suka uang yang jumlahnya sama dengan uang yang dikorupsi oleh koruptor, yakni miliaran.

Apa yang dilakukan oleh Arifinto, Tamzil Linrung, dan Fahri Hamzah menambah corengan atau noda yang sebelumnya telah digoreskan oleh Yusuf Supendi. Dari semua itu tentu akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap PKS dalam Pemilu 2014.

Sebagai partai yang berdiri pada 20 April 2002 dan merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan yang berdiri pada 20 Juli 1988, partai ini mempunyai prospek masa depan yang cerah. PKS mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu. Di tengah partai-partai Islam lainnya mengalami penurunan suara, PKS justru dari pemilu ke pemilu melonjak perolehan suaranya. Pada Pemilu 1999, Partai Keadilan dengan nomor urut 24 mampu meraih suara 1.436.565 (1,36%) dengan jumlah kursi di DPR 7. Pada Pemilu 2004, dengan nama baru PKS, partai ini mampu meraih suara sebesar 8.325.020 (7,34%) dengan jumlah kursi mencapai di DPR  45 buah. Pada Pemilu 2009, PKS lolos parlemen threshold dengan meraih suara 8.206.955 (7,88%) dengan jumlah kursi di DPR 57 buah.

Seiring pesatnya perkembangan partai, kader dan pengurus partai lupa bahwa semakin tinggi pohon semakin kencang anginnya, semakin mapan partai semakin tinggi godaannya. Nah di sinilah rupanya haluan yang dipegangnya, haluan Islam, tidak mampu membendung godaan itu. Akibatnya partai ini dari sifatnya yang idealis menjadi pragmatis. Proses tawar menawar kekuasaan dan kepentingan menjadi hal yang biasa di dalam tubuh partai ini.

Pesatnya perkembangan partai inilah yang mengakibatkan PKS mempunyai daya tawar yang tinggi sehingga Presiden SBY berpikir ulang ketika hendak me-reshuffle menteri  dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II yang berasal dari PKS. Namun daya tawar yang tinggi inilah yang menyebabkan PKS menjadi sombong dengan kekuasaannya. Kesombongan ini akhirnya menjelma seperti apa yang dikatakan oleh Guru Besar Universitas Cambridge pada Abad XIX, Lord Acton yang mengatakan power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely, yang artinya, kekuasaan cenderung untuk korup dan kekuasaan mutlak korup secara mutlak.

Hal ini semua seharusnya menjadi intropeksi bagi kader PKS, bahwa apa yang selama ini dirintis, seperti gemar melakukan kegiatan sosial dan kader-kadernya yang terkenal santun dan cerdas, akan sirna bila kader lainnya melakukan tindakan korupsi dan melawan gerakan antikorupsi.

Ardi Winangun
Pengamat Politik dan Pengurus Presidium Nasional Masika ICMI

Sumber : newsokezone.com

0 komentar:

Posting Komentar


free counters