In memoriam Moerdiono
Selasa, 11 Oktober 2011
0
komentar
SPACE IKLAN 1 | SPACE IKLAN 1 |
Jakarta (ANTARA News) - Walaupun anaknya wartawati surat kabar terkemuka di Jakarta dan mengenal baik puluhan wartawan peliput acara kepresidenan, Moerdiono geram ketika sebuah koran terbitan Surabaya membuat berita berjudul tak lazim, "Moerdiono mengatakan kepada kaset".
Kok ada judul berita seaneh itu?
Presiden Soeharto sering menerima kepala negara atau kepala pemerintahan dari banyak negara. Menjelang acara itu, Mensesneg Moerdiono membuat pengumuman melalui wartawan peliput acara presiden.
Jika sedang tak sibuk, dia mengajak wartawan mendatangi kantornya, menyampaikan pengumuman, setelah itu berbicara tentang informasi off-the record sambil menikmati pisang goreng.
Dalam keadaan tidak sempat mendatangi wartawan, dia menyuruh anak buahnya di bagian Dokumentasi dan Media Massa Sekretariat Negara untuk memanggil kamerawan dan juru rekam. Hasil rekaman itu kemudian dibagikan kepada wartawan, baik media cetak maupun elektronika.
Mungkin, karena kecewa keterangan itu hanya disampaikan tidak langsung melalui kaset berisi suara dan gambar Moerdiono, wartawan koran Jawa Timur itu membuat berita agak aneh, "Moerdiono mengatakan kepada kaset".
Jelekkah hubungan Moerdiono dengan wartawan setelah itu? Tidak.
Sebaliknya, dalam berbagai perbincangan, dia selalu menegaskan bahwa pejabat pusat maupun daerah harus menjalin hubungan baik dengan wartawan.
Jika Indonesia negara kota, katanya, maka pemerintah bisa langsung memanggil seluruh rakyatnya, untuk kemudian menyampaikan pengumuman.
"Namun, karena Indonesia sangat luas dan penduduknya banyak sekali, maka pemerintah tidak bisa memanggil seluruh rakyatnya untuk datang ke satu tempat, sehingga kebijaksanaan itu kemudian disampaikan melalui Anda," katanya kepada wartawan.
Sebaliknya, wartawan memperoleh keterangan pemerintah dari "tangan pertama" sehingga akhirnya terjalin hubungan saling membutuhkan dan dekat, kata purnawirawan jenderal TNI Angkatan Darat itu.
Agaknya, pertemanannya dengan wartawan itulah yang antara lain mendorong Moerdiono mengizinkan seorang putrinya yang lulusan institut terkemuka di Bogor, menjadi wartawati di koran terkenal di ibu kota Indonesia hingga sekarang.
Seleksi sendiri
Jika Soeharto hendak bepergian ke luar negeri untuk berdinas, maka para wartawan ingin bergabung dalam tim kepresidenan itu.
Dan Moerdionolah yang memilih langsung wartawan yang ikut rombongan presiden, sekalipun dia mempunyai anak buah di bagian Dokumentasi dan Media Massa Sekretariat Negara.
Moerdiono menetapkan, wartawan yang boleh ke luar negeri adalah yang sehari-hari meliput acara kepresidenan. Alasannya, mereka ini sudah mengenal baik Presiden Soeharto, termasuk pola pikir dan cara berpidatonya.
Ketika Soeharto ke Bosnia Herzegovina pada Maret 1995 manakala negeri ini dikoyak perang saudara, puluhan wartawan ingin ikut rombongan presiden. Padahal dua hari sebelum Soeharto ke Bosnia, sebuah pesawat PBB ditembak jatuh.
Akhirnya, hanya dua media yang diajak, yakni kantor berita ANTARA dan RRI.
Ketika akan mengirim berita ke Jakarta, yang saat itu sudah sekitar pukul 20.00 WIB, kedua wartawan dari dua media itu mendapat akses dari Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden Kolonel Sjafrie Sjamsuddin, yang sekarang Wakil Menteri Pertahanan, untuk mengunakan nomor hotline khusus untuk Soeharto.
Gantinya, ANTARA harus menelepon wartawan lain di Kroasia, sehingga mereka tahu, misalnya, bahwa Soeharto dari bandar udara naik panser (Armoured Personel Carrier).
Kemudahan itu membuat wartawan lain Indonesia di Kroasia mendapat bahan berita untuk dikirim ke media mereka.
Jika Moerdiono sendiri yang akan bertugas di dalam negeri, misalnya, ke Denpasar kemudian ke Dilli lalu Bukittinggi, ia mengajak beberapa wartawan yang dikenalnya dengan baik.
Namun, kadangkala, hubungan baik Moerdiono dengan wartawan ditanggapi miring.
Suatu waktu, Moerdiono mengajak wartawan berbuka puasa bersama di rumah makan dekat gedung MPR/DPR.
Setelah buka bersama, Moerdiono yang dikenal suka "berdangdut ria", mengajak wartawan berjoget. Ternyata, kegiatan itu disiarkan TVRI. Dan ini kemudian disaksikan Menteri Sekretaris Kabinet Saadilah Mursjid.
Saadilah yang dikenal saleh itu pun berkomentar, "Itu buka puasa atau apa!".
Tapi, Moerdiono tetaplah pribadi yang hangat, bagi banyak wartawan. Tak ada salahnya sikap baik Moerdiono yang baru saja dipanggil oleh Yang Maha Kuasa ini dilanjutkan oleh para penerusnya di Istana.(*)
A011/B002
Kok ada judul berita seaneh itu?
Presiden Soeharto sering menerima kepala negara atau kepala pemerintahan dari banyak negara. Menjelang acara itu, Mensesneg Moerdiono membuat pengumuman melalui wartawan peliput acara presiden.
Jika sedang tak sibuk, dia mengajak wartawan mendatangi kantornya, menyampaikan pengumuman, setelah itu berbicara tentang informasi off-the record sambil menikmati pisang goreng.
Dalam keadaan tidak sempat mendatangi wartawan, dia menyuruh anak buahnya di bagian Dokumentasi dan Media Massa Sekretariat Negara untuk memanggil kamerawan dan juru rekam. Hasil rekaman itu kemudian dibagikan kepada wartawan, baik media cetak maupun elektronika.
Mungkin, karena kecewa keterangan itu hanya disampaikan tidak langsung melalui kaset berisi suara dan gambar Moerdiono, wartawan koran Jawa Timur itu membuat berita agak aneh, "Moerdiono mengatakan kepada kaset".
Jelekkah hubungan Moerdiono dengan wartawan setelah itu? Tidak.
Sebaliknya, dalam berbagai perbincangan, dia selalu menegaskan bahwa pejabat pusat maupun daerah harus menjalin hubungan baik dengan wartawan.
Jika Indonesia negara kota, katanya, maka pemerintah bisa langsung memanggil seluruh rakyatnya, untuk kemudian menyampaikan pengumuman.
"Namun, karena Indonesia sangat luas dan penduduknya banyak sekali, maka pemerintah tidak bisa memanggil seluruh rakyatnya untuk datang ke satu tempat, sehingga kebijaksanaan itu kemudian disampaikan melalui Anda," katanya kepada wartawan.
Sebaliknya, wartawan memperoleh keterangan pemerintah dari "tangan pertama" sehingga akhirnya terjalin hubungan saling membutuhkan dan dekat, kata purnawirawan jenderal TNI Angkatan Darat itu.
Agaknya, pertemanannya dengan wartawan itulah yang antara lain mendorong Moerdiono mengizinkan seorang putrinya yang lulusan institut terkemuka di Bogor, menjadi wartawati di koran terkenal di ibu kota Indonesia hingga sekarang.
Seleksi sendiri
Jika Soeharto hendak bepergian ke luar negeri untuk berdinas, maka para wartawan ingin bergabung dalam tim kepresidenan itu.
Dan Moerdionolah yang memilih langsung wartawan yang ikut rombongan presiden, sekalipun dia mempunyai anak buah di bagian Dokumentasi dan Media Massa Sekretariat Negara.
Moerdiono menetapkan, wartawan yang boleh ke luar negeri adalah yang sehari-hari meliput acara kepresidenan. Alasannya, mereka ini sudah mengenal baik Presiden Soeharto, termasuk pola pikir dan cara berpidatonya.
Ketika Soeharto ke Bosnia Herzegovina pada Maret 1995 manakala negeri ini dikoyak perang saudara, puluhan wartawan ingin ikut rombongan presiden. Padahal dua hari sebelum Soeharto ke Bosnia, sebuah pesawat PBB ditembak jatuh.
Akhirnya, hanya dua media yang diajak, yakni kantor berita ANTARA dan RRI.
Ketika akan mengirim berita ke Jakarta, yang saat itu sudah sekitar pukul 20.00 WIB, kedua wartawan dari dua media itu mendapat akses dari Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden Kolonel Sjafrie Sjamsuddin, yang sekarang Wakil Menteri Pertahanan, untuk mengunakan nomor hotline khusus untuk Soeharto.
Gantinya, ANTARA harus menelepon wartawan lain di Kroasia, sehingga mereka tahu, misalnya, bahwa Soeharto dari bandar udara naik panser (Armoured Personel Carrier).
Kemudahan itu membuat wartawan lain Indonesia di Kroasia mendapat bahan berita untuk dikirim ke media mereka.
Jika Moerdiono sendiri yang akan bertugas di dalam negeri, misalnya, ke Denpasar kemudian ke Dilli lalu Bukittinggi, ia mengajak beberapa wartawan yang dikenalnya dengan baik.
Namun, kadangkala, hubungan baik Moerdiono dengan wartawan ditanggapi miring.
Suatu waktu, Moerdiono mengajak wartawan berbuka puasa bersama di rumah makan dekat gedung MPR/DPR.
Setelah buka bersama, Moerdiono yang dikenal suka "berdangdut ria", mengajak wartawan berjoget. Ternyata, kegiatan itu disiarkan TVRI. Dan ini kemudian disaksikan Menteri Sekretaris Kabinet Saadilah Mursjid.
Saadilah yang dikenal saleh itu pun berkomentar, "Itu buka puasa atau apa!".
Tapi, Moerdiono tetaplah pribadi yang hangat, bagi banyak wartawan. Tak ada salahnya sikap baik Moerdiono yang baru saja dipanggil oleh Yang Maha Kuasa ini dilanjutkan oleh para penerusnya di Istana.(*)
A011/B002
Editor: Jafar M Sidik
0 komentar:
Posting Komentar